Wednesday, May 30, 2018

Perpustakaan di Era Digital

Era digital , adalah sebuah era dimana terjadinya perubahan, perkembangan, dan kemajuan akan teknologi yang amat sangat cepat. Digital sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni Digitus , yang berarti jari jemari, kaitan-nya dengan teknologi ialah jika kita menjumlahkan seluruh jari jemari akan berjumlah 10 dan disana terdiri dari 2 angka yakni 1 & 0 yang berarti merupakan 2 angka utama dari bilangan biner. Era Digital menyajikan kemudahan serta kemurahan dalam pencarian informasi, informasi tersebut dapat dicapai dalam hitungan detik melalui perangkat telepon pintar kita atau yang biasa kita sebut Smartphone. Hal ini berkaitan dengan peran perpustakaan yang semakin tersisihkan kepercayaannya dibanding dengan google, bahkan saya dalam membuat tulisan ini menggunakan mesin pencari google untuk menemukan informasi yang reliable, namun dalam penggunaan tersebut tentu saja ada efek baik positif maupun negatif, hal tersebut mungkin sering kita rasakan didalam diri kita sendiri ketika menggunakan kekuatan dari mesin pencari tersebut, terdapat beberapa kelemahan dari google, hal tersebut ditulis oleh seorang penulis konten di SirsiDynix yakni Liz Van Halsema, ia menyatakan bahwa :
·         Pro Google ; sangat cepat dalam pencarian informasi, terkait dengan berita yang ingin kita ketahui dalam jangkauan yang sangat luas, termasuk juga kedalamnya sebuah informasi yang aktual dan cepat, mudah digunakan sehingga popularitasnya jelas diakui di masyarakat. Namun berbeda dalam konteks penelitian, google kalah dari perpustakaan. Dimana ketika kita mencari informasi yang reliabel akan jauh lebih baik didalam perpustakaan, baik dalam hal mencari jurnal, artikel, buku, dan karya-karya cetak lainnya yang belum terdigitalisasi sehingga hanya ada versi tercetaknya saja
·         Perlawanan Konten, antara bagus dan hebat ; ketika mencari informasi mengenai penelitian di google, rincian didalamnya masih suram dengan bantuan mesin pencari google, berkaitan dengan google tidak memiliki informasi-informasi khusus yang memang tertuju untuk para mahasiswa dan peneliti, misalnya saja karya-karya khusus yang tidak boleh di buat menjadi e-book yang memang ada di daerah/lingkungan tersebut saja, sebelum ter-upload ke internet google tidak akan memiliki informasi tersebut.
·         Terlalu banyak sehingga tidak bagus untuk penelitian ; google selalu memberikan kita informasi yang sangat banyak, ratusan hingga jutaan konten tersaji didepan mata kita hanya dari satu kata kunci, namun dengan data sebanyak itu jauh lebih banyak informasi yang tidak dibutuhkan dibanding yang benar-benar kita cari, sehingga kita menghabiskan waktu yang banyak untuk memilah-milah informasi. Terkait dengan hal tersebut telah disebutkan oleh seorang penulis pro yakni Neil Gaiman,
Google can bring you back 100.000 answers. A librarian can bring you back the right one”.
·         Peer review ; tampilan informasi yang dicakup sangatlah banyak dan luas, namun tidak adanya seleksi atau penyaring yang ketat, siapapun dapat membuat artikel. Hal ini berlawanan dengan koleksi/pusat penelitian yang mana didalamnya terdapat seleksi-seleksi khusus, tahu yang mana artikel yang bagus dan tidak, serta pencarian informasi yang akurat.
·         Google tidak melayani pertanyaan terbuka dengan baik ; Dalam dunia penelitian pencarian dan pengumpulan data ditujukan untuk mengeksplorasi pemikiran dan gagasan, hal ini berkaitan dengan jawaban yang diberikan google, google menjawab dengan ribuan hingga jutaan jawaban yang tidak relevan
·         Pustakawan dibayar dan dilatih secara professional sehingga akan memahami sebagian besar dari topik yang dicari, dan dengan begitu kita akan mudah dalam mencari informasi didalam perpustakaan itu sendiri. Jika didalam google kita harus mencarinya terlebih dahulu, mungkin sebagian kecil dari artikel yang kita cari di google adalah kebenaran informasi, namun hanya beberapa. Disisi perpustakaan mengarahkan kita ke sumber informasi yang pasti, terperinci, dan relevan dari karya-karya yang ditemukan dengan cara-cara professional
    Dengan begitu kita dapat melihat bahwa google mungkin cepat, namun belum tentu bagus untuk penelitian. Perkembangan dunia perpustakaan dilihat dari koleksi data dan dokumen tanpa katalog lalu berubah menjadi perpustakaan semimodern yang telah menggunakan katalog hingga menjadi perpustakaan digital yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan.(Supriyanto, 2008) . Menurut-nya perpustakaan digital memiliki keunggulan didalam kecepatan dan pengaksesan.
   Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.(“094607-UU No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.pdf,” n.d.) , dari sini dapat kita lihat bahwa perpustakaan merupakan sebuah institusi yang didalamnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pengguna baik dibidang pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, serta hiburan dan rekreasi pemustaka. Tidak heran ketika melihat masyarakat datang ke perpustakaan untuk sekedar berfoto ria, mencari hal yang baru, refreshing / penyegar mood, serta hiburan-hiburan di kala bosan. Hal ini mungkin berbeda dengan perpustakaan digital, dimana tidak ada ruang, tidak ada tempat, dan tidak ada hiburan didalamnya. Semua terkesan rumit, buku, dan makalah-makalah ilmiah lainnya.
     Di era digital ini semua ber-anggapan bahwa semua mudah di dapat, karena kemudahan mendapatkan informasi itulah yang menyebabkan kebanyakan masyarakat beralih dari perpustakaan, mereka ber-anggapan perpustakaan tidak dapat memberikan informasi secara cepat, padahal setiap informasi yang kita dapatkan tidak harus dengan modal cepat saja tetapi juga harus akurat. Maka dari itu di era serba digital ini perpustakaan harus lebih berkembang, tidak hanya meningkatkan koleksi saja tetapi perpustakaan juga harus meningkatkan layanan yang lebih mudah, cepat, dan akurat agar dapat bersaing di era yang serba digital ini.

A.    Tantangan & Peluang Perpustakaan
Perpustakaan adalah kumpulan buku dan materi perpustakaan lainnya yang disimpan untuk keperluan bacaan, belajar, dan konsultasi. Perpustakaan juga merupakan sebuah tempat, gedung, ruangan, atau sejumlah ruangan yang diatur untuk menyimpan dan menggunakan koleksi buku. Perpustakaan dapat pula dipahami berupa kumpulan film, foto, dan bahan non-buku lainnya termasuk pula didalamnya cakram plastik, pita, disket, dan program komputer.(Sulistyo, Basuki)
Perpustakaan memiliki tantangan yang amat kuat dari perkembangan teknologi informasi , maka setiap perpustakaan harus mengembangkan kemampuan untuk menghadapi hal tersebut, bagi sebagian dari pustakawan menganggap bahwa ruang lingkup kerja mereka hanya sebatas dinding-dinding perpustakaan, padahal sebenarnya ruang lingkup mereka jauh lebih luas dibandingkan itu, hal ini menunjukan akan adanya beberapa pustakawan yang terdiam di zona nyaman serta ruang lingkup mereka, padalah ketika pustakawan perduli terhadap dunia luar maka perpustakaan tersebut akan berkembang. Selain itu pustakawan jarang mengikuti berbagai kegiatan ilmiah sehingga ilmu pustakawan sendiri kurang dari hal-hal terkini dibandingkan profesi lain, di era serba digital ini tantangan lain yang dihadapi pustakawan adalah berkembangnya informasi tanpa batas termasuk perlawanan dengan google juga. Berikut adalah daftar tantangan yang sebagian pustakawan era digital hadapi :
ü  Google, wiki, blog, wordpress, dan sumber-sumber informasi tanpa batas lainnya yang akan menajikan informasi yang mungkin tidak reliabel serta relevan untuk penelitian ataupun sumber informasi. Didalam sumber-sumber informasi tanpa batas tersebut sering adanya informasi yang tidak dibutuhkan, hoax, dan tidak dapat dipastikan sumbernya, sehingga sudah menjadi tanggung jawab pustakawan untuk memberikan informasi yang reliabel.
ü  Beragamnya bahan pustaka, hal ini terkait dengan cakupan material-material serta koleksi digital lainnya yang tidak tercetak. Pustakawan harus berusaha untuk menyediakan koleksi digital yang ditujukan untuk memudahkan pemustaka sendiri, bayangkan jika suatu saat terdapat pemustaka yang ingin mendapatkan suatu referensi untuk penelitian mereka, namun jurnal tersebut tidak dapat diambil/dibawa padahal pada saat itu pemustaka tersebut harus menempuh jarak yang lumayan jauh ke perpustakaan.
ü  Net generation, masyarakat yang sangatlah percaya akan informasi yang ia dapatkan di internet juga termasuk tantangan yang dihadapi oleh perpustakaan, bagaimana tidak jika masyarakat jauh lebih percaya mesin-mesin pencari dan sumber-sumber informasi yang tidak jelas dibandingkan dengan koleksi perpustakaan yang dapat dipertanggung jawabkan isinya.
ü  Setiap pustakawan harus mampu menghadapi setiap tantangan ilmu teknologi, mempelajarinya, serta setidaknya mampu untuk mengelola, menyerap, dan menerapkan ilmu teknologi guna memberikan yang terbaik untuk pelayanan perpustakaan


    Berikut adalah beberapa peluang pustakawan dalam era serba digital :
Ø  Pustakawan cekatan dalam menghadapi kasus-kasus dalam bidang pencarian informasi, dengan begitu pemustaka dan net-generation akan lebih percaya informasi yang diberikan perpustakaan dibanding sumber-sumber informasi yang tidak relevan.
Ø  Pustakawan memiliki koleksi yang menunjang kemajuan perpustakaan, sehingga masyarakat akan memilih koleksi yang berada di perpustakaan dibandingkan yang lain.
Ø  Menyediakan sarana dan prasarana yang dapat memancing pemustaka untuk datang kembali ke perpustakaan, termasuk tempat yang nyaman bagi pengguna.
Ø  Mengajak lingkungan untuk turut andil dalam kemajuan perpustakaan.
Ø  Melakukan kerja sama dengan berbagai institusi dan perpustakaan lainnya.
Ø  Menyediakan anggaran yang cukup untuk menunjang kemajuan perpustakaan.

B.     Perkembangan Teknologi di Perpustakaan
    Perpustakaan di era sekarang sangatlah dekat dengan teknologi, dengan begitu haruslah terjadi sinkronisasi dan penyesuaian terhadap zaman, terdapatlah satu strategi perpustakaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Perpustakaan Hibrida, istilah perpustakaan hibrida ini pertama kali dikemukakan oleh Chris Rusbridge pada tahun 1998 didalam sebuah artikel untuk D-Lib Megazine. Perpustakaan Hibrida, adalah sebuah perpustakaan yang terdiri dari bahan cetak konvensional(buku, majalah, jurnal,dsb yang tercetak) ataupun non-konvensional(e-resource serta berbagai macam sumber informasi elektronik).
   Perkembangan perpustakaan merupakan suatu pilihan yang tepat untuk recovery pendidikan dan mengantarkan masyarakat ke arah masyarakat modern yang berperadaban, salah satu cara untuk memenuhi kualifikasi ini adalah lewat pendidikan, sedangkan pendidikan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh perpustakaan yang andal sementara perpustakaan yang andal adalah perpustakaan yang memiliki kemampuan akses terhadap teknologi.(Widayanti, n.d.)
   Perpustakaan hibrida merupakan temuan baru yang mana digunakan paling banyak di era sekarang dalam ruang lingkup perpustakaan umum ataupun akademik dikarenakan adanya penggabungan antara koleksi digital dan koleksi non-digital didalamnya, dengan begitu akan memudahkan pencarian informasi dalam bentuk fisik ataupun non-fisik tanpa menghilangkan kesan tradisional perpustakaan dan buku. Perpustakaan Hibrida menurut saya tidak jauh berbeda dengan perpustakaan konvensional serta perpustakaan digital, hanya saja konsep hibrida sendiri diartikan menjadi pilihan untuk penggabungan antara kedua hal tersebut. Mungkin ada beberapa yang berpaham bahwa dengan adanya teknologi jauh lebih baik penggunaan perpustakaan digital alias dengan menggunakan metode online dan jaringan informasi serta penggunakan media elektronik sehingga memudahkan untuk diakses, dibawa, dan dijangkau. Adapun yang beranggapan sebaliknya bahwa kesan dari perpustakaan sendiri memanglah harus tradisional, printed, atau memanglah harus berbentuk kertas karena dengan begitu keasliannya dapat dipegang dan dilihat secara real. Nah kelebihan perpustakaan ini dibanding yang lain adalah menekankan bahwa kedua hal tersebut penting, sehingga tidak menghilangkan kesan tradisional dan kesan digital.  
Perpustakaan hibrida biasanya menggunakan beberapa teknologi informasi untuk menunjang kemajuan perpustakaan tersebut, seperti menggunakan Senayan Library Management System (SLiMS), OPAC, dan banyak aplikasi-aplikasi perpustakaan lainnya, namun biasanya yang digunakan perpustakaan untuk versi GRATIS dan OS(Open Source) yakni SLIMS, SLiMS dikembangkan pertama kali oleh Perpustakaan Kementrian Pendidikan Nasional.(“Senayan Library Management System_Rasyid Ridho,” n.d.) SLiMS dianggap mampu menjalankan fungsi administrasi yang ada di perpustakaan.(Effendi, Rachmaniah, & Hermadi, n.d.). Perkembangan SLiMS semakin pesat dari tahun ke tahun tercatat pada tahun 2014  SLiMS sudah memiliki pengguna sebanyak 813, lalu pada tahun 2015 meningkat menjadi 1444, namun software ini belum dapat mencakup semua kebutuhan perpustakaan oleh karena itu software SLiMS perlu dikembangkan menyesuaikan perkembangan teknologi saat ini.(Widodo, n.d.), versi-versi dari slims sendiri sangat unik karena menggunakan nama tanaman-tanaman khas Indonesia.

C.    Peran Pustakawan di Era Digital

   Di era digital ini, perpustakaan memiliki peran yang benar-benar penting didalam pencaharian informasi, dengan berkembangnya Teknologi Informasi telah membutakan pengelihatan masyarakat akan informasi yang benar dan yang salah, semua-nya abu-abu dari mata google sendiri. Karena fungsi dari pustakawan sendiri ialah memberikan layanan informasi yang tepat dan akurat, maka kompetensi dan kemampuan pustakawan harus ditingkatkan termasuk juga didalam penggunaan teknologi informasi dan komputer (TIK), menurut K.H Nageswara dan KH Babu ada beberapa peranan penting pustakawan di zaman now, yakni :

o   Mediator Pencarian

o   Fasilitator

o   Pelatihan Pengguna

o   Peneliti

o   Desainer Interface

o   Manajer Pengetahuan

o   Penyaring Informasi

Dari 7 hal tersebut menunjukkan bahwa pustakawan harus menjadi seorang professional didalam memberikan informasi yang relevan dan akurat.




DAFTAR PUSTAKA


Halsema, Liz Van. (2014). Google vs. Library Databases: Which is Better for Research?. Tersedia di http://www.sirsidynix.com/blog/2014/09/29/google-vs-library-databases-which-is-better-for-research#
Kurniasih, Nuning. (2015). Kualifikasi Pustakawan di Era Digital.  10.13140/RG.2.2.12045.54249.
Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
Hidayat, Parhan. (2015). Bersaing Dengan Google: Bagaimana Perpustakaan Tetap Unggul dalam Pencarian Informasi. Jurnal Al-Maktabah. Vol 14: 38 – 45.
094607-UU No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.pdf. (n.d.). Retrieved from http://htl.unhas.ac.id/form_peraturan/photo/094607-UU%20No.43%20tahun%202007%20tentang%20Perpustakaan.pdf
Effendi, E., Rachmaniah, M., & Hermadi, I. (n.d.). PENGAYAAN FITUR LAPORAN PADA SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLiMS) DI PERPUSTAKAAN PRESIDENT UNIVERSITY, 14(1), 13.
Senayan Library Management System_Rasyid Ridho. (n.d.).
Supriyanto, W. (2008). Teknologi Informasi Perpustakaan. Kanisius.
Widayanti, Y. (n.d.). PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DIGITAL, 13.
Widodo, O. C. (n.d.). EFEKTIFITAS PENGGUNAAN SOFTWARE OPEN SOURCE (SLIMS) PADA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DI MALANG, 17.


No comments:

Post a Comment