Perpustakaan di Era
Digital
Era digital , adalah sebuah era
dimana terjadinya perubahan, perkembangan, dan kemajuan akan teknologi yang
amat sangat cepat. Digital sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni Digitus , yang berarti jari jemari,
kaitan-nya dengan teknologi ialah jika kita menjumlahkan seluruh jari jemari
akan berjumlah 10 dan disana terdiri dari 2 angka yakni 1 & 0 yang berarti merupakan
2 angka utama dari bilangan biner. Era Digital menyajikan kemudahan serta kemurahan
dalam pencarian informasi, informasi tersebut dapat dicapai dalam hitungan detik
melalui perangkat telepon pintar kita atau yang biasa kita sebut Smartphone. Hal ini berkaitan dengan
peran perpustakaan yang semakin tersisihkan kepercayaannya dibanding dengan
google, bahkan saya dalam membuat tulisan ini menggunakan mesin pencari google
untuk menemukan informasi yang reliable, namun dalam penggunaan tersebut tentu
saja ada efek baik positif maupun negatif, hal tersebut mungkin sering kita
rasakan didalam diri kita sendiri ketika menggunakan kekuatan dari mesin
pencari tersebut, terdapat beberapa kelemahan dari google, hal tersebut ditulis
oleh seorang penulis konten di SirsiDynix yakni Liz Van Halsema, ia menyatakan
bahwa :
·
Pro Google ; sangat cepat dalam pencarian informasi, terkait dengan berita
yang ingin kita ketahui dalam jangkauan yang sangat luas, termasuk juga
kedalamnya sebuah informasi yang aktual dan cepat, mudah digunakan sehingga
popularitasnya jelas diakui di masyarakat. Namun berbeda dalam konteks
penelitian, google kalah dari perpustakaan. Dimana ketika kita mencari
informasi yang reliabel akan jauh lebih baik didalam perpustakaan, baik dalam
hal mencari jurnal, artikel, buku, dan karya-karya cetak lainnya yang belum
terdigitalisasi sehingga hanya ada versi tercetaknya saja
·
Perlawanan Konten, antara bagus dan hebat ; ketika mencari informasi
mengenai penelitian di google, rincian didalamnya masih suram dengan bantuan
mesin pencari google, berkaitan dengan google tidak memiliki
informasi-informasi khusus yang memang tertuju untuk para mahasiswa dan
peneliti, misalnya saja karya-karya khusus yang tidak boleh di buat menjadi
e-book yang memang ada di daerah/lingkungan tersebut saja, sebelum ter-upload
ke internet google tidak akan memiliki informasi tersebut.
·
Terlalu banyak sehingga tidak bagus untuk penelitian ; google selalu
memberikan kita informasi yang sangat banyak, ratusan hingga jutaan konten
tersaji didepan mata kita hanya dari satu kata kunci, namun dengan data
sebanyak itu jauh lebih banyak informasi yang tidak dibutuhkan dibanding yang
benar-benar kita cari, sehingga kita menghabiskan waktu yang banyak untuk
memilah-milah informasi. Terkait dengan hal tersebut telah disebutkan oleh
seorang penulis pro yakni Neil Gaiman,
“Google can bring you back 100.000
answers. A librarian can bring you back the right one”.
·
Peer review ; tampilan informasi yang dicakup sangatlah banyak dan luas,
namun tidak adanya seleksi atau penyaring yang ketat, siapapun dapat membuat
artikel. Hal ini berlawanan dengan koleksi/pusat penelitian yang mana
didalamnya terdapat seleksi-seleksi khusus, tahu yang mana artikel yang bagus
dan tidak, serta pencarian informasi yang akurat.
·
Google tidak melayani pertanyaan terbuka dengan baik ; Dalam dunia
penelitian pencarian dan pengumpulan data ditujukan untuk mengeksplorasi
pemikiran dan gagasan, hal ini berkaitan dengan jawaban yang diberikan google,
google menjawab dengan ribuan hingga jutaan jawaban yang tidak relevan
·
Pustakawan dibayar dan dilatih secara professional sehingga akan memahami
sebagian besar dari topik yang dicari, dan dengan begitu kita akan mudah dalam
mencari informasi didalam perpustakaan itu sendiri. Jika didalam google kita
harus mencarinya terlebih dahulu, mungkin sebagian kecil dari artikel yang kita
cari di google adalah kebenaran informasi, namun hanya beberapa. Disisi
perpustakaan mengarahkan kita ke sumber informasi yang pasti, terperinci, dan
relevan dari karya-karya yang ditemukan dengan cara-cara professional
Dengan begitu kita dapat
melihat bahwa google mungkin cepat, namun belum tentu bagus untuk penelitian. Perkembangan dunia perpustakaan dilihat
dari koleksi data dan dokumen tanpa katalog lalu berubah menjadi perpustakaan
semimodern yang telah menggunakan katalog hingga menjadi perpustakaan digital
yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan.(Supriyanto,
2008) . Menurut-nya perpustakaan digital memiliki keunggulan
didalam kecepatan dan pengaksesan.
Perpustakaan
adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya
rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.(“094607-UU
No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.pdf,” n.d.) , dari sini dapat kita lihat bahwa perpustakaan merupakan
sebuah institusi yang didalamnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pengguna
baik dibidang pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, serta hiburan dan
rekreasi pemustaka. Tidak heran ketika melihat masyarakat datang ke
perpustakaan untuk sekedar berfoto ria, mencari hal yang baru, refreshing /
penyegar mood, serta hiburan-hiburan di kala bosan. Hal ini mungkin berbeda
dengan perpustakaan digital, dimana tidak ada ruang, tidak ada tempat, dan
tidak ada hiburan didalamnya. Semua terkesan rumit, buku, dan makalah-makalah
ilmiah lainnya.
Di era
digital ini semua ber-anggapan bahwa semua mudah di dapat, karena kemudahan mendapatkan
informasi itulah yang menyebabkan kebanyakan
masyarakat beralih dari perpustakaan, mereka ber-anggapan perpustakaan tidak dapat memberikan informasi
secara cepat, padahal setiap informasi yang kita
dapatkan tidak harus dengan modal cepat saja tetapi juga harus akurat. Maka
dari itu di era serba digital ini perpustakaan harus lebih berkembang, tidak
hanya meningkatkan koleksi saja tetapi perpustakaan juga harus meningkatkan
layanan yang lebih mudah, cepat, dan akurat agar dapat bersaing di era yang
serba digital ini.
A.
Tantangan & Peluang Perpustakaan
Perpustakaan
adalah kumpulan buku dan materi perpustakaan lainnya yang disimpan untuk
keperluan bacaan, belajar, dan konsultasi. Perpustakaan juga merupakan sebuah
tempat, gedung, ruangan, atau sejumlah ruangan yang diatur untuk menyimpan dan
menggunakan koleksi buku. Perpustakaan dapat pula dipahami berupa kumpulan
film, foto, dan bahan non-buku lainnya termasuk pula didalamnya cakram plastik,
pita, disket, dan program komputer.(Sulistyo, Basuki)
Perpustakaan
memiliki tantangan yang amat kuat dari perkembangan teknologi informasi , maka setiap perpustakaan harus mengembangkan kemampuan untuk
menghadapi hal tersebut,
bagi sebagian dari
pustakawan menganggap
bahwa ruang lingkup kerja mereka hanya sebatas dinding-dinding perpustakaan, padahal sebenarnya ruang lingkup mereka jauh lebih
luas dibandingkan itu, hal ini menunjukan akan adanya beberapa pustakawan yang terdiam di zona
nyaman serta ruang lingkup mereka, padalah ketika pustakawan perduli terhadap dunia luar maka
perpustakaan tersebut akan berkembang. Selain
itu pustakawan jarang mengikuti berbagai kegiatan ilmiah sehingga ilmu
pustakawan sendiri
kurang dari hal-hal terkini dibandingkan profesi lain, di
era serba digital ini tantangan lain yang dihadapi pustakawan adalah berkembangnya informasi tanpa batas
termasuk
perlawanan dengan google juga. Berikut adalah daftar tantangan
yang sebagian pustakawan era digital hadapi :
ü Google, wiki, blog, wordpress,
dan sumber-sumber informasi tanpa batas lainnya yang akan menajikan informasi
yang mungkin tidak reliabel serta relevan untuk penelitian ataupun sumber
informasi. Didalam sumber-sumber informasi tanpa batas tersebut sering adanya
informasi yang tidak dibutuhkan, hoax, dan tidak dapat dipastikan sumbernya,
sehingga sudah menjadi tanggung jawab pustakawan untuk memberikan informasi
yang reliabel.
ü Beragamnya bahan pustaka, hal
ini terkait dengan cakupan material-material serta koleksi digital lainnya yang
tidak tercetak. Pustakawan harus berusaha untuk menyediakan koleksi digital
yang ditujukan untuk memudahkan pemustaka sendiri, bayangkan jika suatu saat
terdapat pemustaka yang ingin mendapatkan suatu referensi untuk penelitian
mereka, namun jurnal tersebut tidak dapat diambil/dibawa padahal pada saat itu
pemustaka tersebut harus menempuh jarak yang lumayan jauh ke perpustakaan.
ü Net generation, masyarakat yang
sangatlah percaya akan informasi yang ia dapatkan di internet juga termasuk
tantangan yang dihadapi oleh perpustakaan, bagaimana tidak jika masyarakat jauh
lebih percaya mesin-mesin pencari dan sumber-sumber informasi yang tidak jelas
dibandingkan dengan koleksi perpustakaan yang dapat dipertanggung jawabkan
isinya.
ü Setiap pustakawan harus mampu menghadapi
setiap tantangan ilmu teknologi, mempelajarinya, serta setidaknya mampu untuk mengelola, menyerap, dan
menerapkan ilmu teknologi guna memberikan yang terbaik untuk pelayanan
perpustakaan
Berikut adalah beberapa peluang pustakawan dalam era
serba digital :
Ø
Pustakawan
cekatan dalam menghadapi kasus-kasus dalam bidang pencarian informasi, dengan begitu pemustaka dan net-generation
akan lebih percaya informasi yang diberikan perpustakaan dibanding
sumber-sumber informasi yang tidak relevan.
Ø
Pustakawan
memiliki koleksi yang menunjang kemajuan perpustakaan, sehingga masyarakat akan
memilih koleksi yang berada di perpustakaan dibandingkan yang lain.
Ø
Menyediakan
sarana dan prasarana yang dapat memancing pemustaka untuk datang kembali ke perpustakaan, termasuk
tempat yang nyaman bagi pengguna.
Ø
Mengajak
lingkungan untuk turut andil dalam kemajuan perpustakaan.
Ø
Melakukan
kerja sama dengan berbagai institusi dan perpustakaan lainnya.
Ø
Menyediakan
anggaran yang cukup untuk menunjang kemajuan perpustakaan.
B.
Perkembangan Teknologi di Perpustakaan
Perpustakaan di era sekarang
sangatlah dekat dengan teknologi, dengan begitu haruslah terjadi sinkronisasi
dan penyesuaian terhadap zaman, terdapatlah satu strategi perpustakaan untuk
menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Perpustakaan Hibrida, istilah
perpustakaan hibrida ini pertama kali dikemukakan oleh Chris Rusbridge pada
tahun 1998 didalam sebuah artikel untuk D-Lib Megazine. Perpustakaan Hibrida,
adalah sebuah perpustakaan yang terdiri dari bahan cetak konvensional(buku,
majalah, jurnal,dsb yang tercetak) ataupun non-konvensional(e-resource serta
berbagai macam sumber informasi elektronik).
“Perkembangan perpustakaan
merupakan suatu pilihan yang tepat untuk recovery pendidikan dan mengantarkan
masyarakat ke arah masyarakat modern yang berperadaban, salah satu cara untuk memenuhi
kualifikasi ini adalah lewat pendidikan, sedangkan pendidikan dapat berjalan
dengan baik apabila didukung oleh perpustakaan yang andal sementara
perpustakaan yang andal adalah perpustakaan yang memiliki kemampuan akses
terhadap teknologi.”(Widayanti, n.d.)
Perpustakaan
hibrida merupakan temuan baru yang mana digunakan paling banyak di era sekarang
dalam ruang lingkup perpustakaan umum ataupun akademik dikarenakan adanya
penggabungan antara koleksi digital dan koleksi non-digital didalamnya, dengan
begitu akan memudahkan pencarian informasi dalam bentuk fisik ataupun non-fisik
tanpa menghilangkan kesan tradisional perpustakaan dan buku. Perpustakaan
Hibrida menurut saya tidak jauh berbeda dengan perpustakaan konvensional serta
perpustakaan digital, hanya saja konsep hibrida sendiri diartikan menjadi
pilihan untuk penggabungan antara kedua hal tersebut. Mungkin ada beberapa yang
berpaham bahwa dengan adanya teknologi jauh lebih baik penggunaan perpustakaan
digital alias dengan menggunakan metode online dan jaringan informasi serta
penggunakan media elektronik sehingga memudahkan untuk diakses, dibawa, dan
dijangkau. Adapun yang beranggapan sebaliknya bahwa kesan dari perpustakaan
sendiri memanglah harus tradisional, printed, atau memanglah harus berbentuk
kertas karena dengan begitu keasliannya dapat dipegang dan dilihat secara real.
Nah kelebihan perpustakaan ini dibanding yang lain adalah menekankan bahwa
kedua hal tersebut penting, sehingga tidak menghilangkan kesan tradisional dan
kesan digital.
Perpustakaan hibrida biasanya menggunakan beberapa
teknologi informasi untuk menunjang kemajuan perpustakaan tersebut, seperti
menggunakan Senayan Library Management System (SLiMS), OPAC, dan banyak
aplikasi-aplikasi perpustakaan lainnya, namun biasanya yang digunakan
perpustakaan untuk versi GRATIS dan OS(Open Source) yakni SLIMS, SLiMS dikembangkan pertama kali oleh Perpustakaan Kementrian
Pendidikan Nasional.(“Senayan
Library Management System_Rasyid Ridho,” n.d.) SLiMS dianggap mampu menjalankan fungsi
administrasi yang ada di perpustakaan.(Effendi,
Rachmaniah, & Hermadi, n.d.). Perkembangan SLiMS semakin pesat dari tahun ke tahun
tercatat pada tahun 2014 SLiMS sudah
memiliki pengguna sebanyak 813, lalu pada tahun 2015 meningkat menjadi 1444,
namun software ini belum dapat mencakup semua kebutuhan perpustakaan oleh
karena itu software SLiMS perlu dikembangkan menyesuaikan perkembangan
teknologi saat ini.(Widodo,
n.d.), versi-versi dari slims sendiri sangat unik karena
menggunakan nama tanaman-tanaman khas Indonesia.
C.
Peran Pustakawan di Era Digital
Di era digital ini, perpustakaan memiliki peran yang
benar-benar penting didalam pencaharian informasi, dengan berkembangnya
Teknologi Informasi telah membutakan pengelihatan masyarakat akan informasi
yang benar dan yang salah, semua-nya abu-abu dari mata google sendiri. Karena
fungsi dari pustakawan sendiri ialah memberikan layanan informasi yang tepat
dan akurat, maka kompetensi dan kemampuan pustakawan harus ditingkatkan
termasuk juga didalam penggunaan teknologi informasi dan komputer (TIK),
menurut K.H Nageswara dan KH Babu ada beberapa peranan penting pustakawan di
zaman now, yakni :
o
Mediator Pencarian
o
Fasilitator
o
Pelatihan Pengguna
o
Peneliti
o
Desainer Interface
o
Manajer Pengetahuan
o
Penyaring Informasi
Dari 7 hal tersebut menunjukkan
bahwa pustakawan harus menjadi seorang professional didalam memberikan
informasi yang relevan dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Halsema,
Liz Van. (2014). Google vs. Library
Databases: Which is Better for Research?. Tersedia di http://www.sirsidynix.com/blog/2014/09/29/google-vs-library-databases-which-is-better-for-research#
Kurniasih,
Nuning. (2015). Kualifikasi Pustakawan di
Era Digital. 10.13140/RG.2.2.12045.54249.
Sulistyo-Basuki.
(1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan.
Jakarta: Gramedia.
Hidayat,
Parhan. (2015). Bersaing Dengan Google:
Bagaimana Perpustakaan Tetap Unggul dalam Pencarian Informasi. Jurnal
Al-Maktabah. Vol 14: 38 – 45.
094607-UU No.43 tahun 2007 tentang
Perpustakaan.pdf. (n.d.). Retrieved from
http://htl.unhas.ac.id/form_peraturan/photo/094607-UU%20No.43%20tahun%202007%20tentang%20Perpustakaan.pdf
Effendi, E., Rachmaniah, M., & Hermadi, I.
(n.d.). PENGAYAAN FITUR LAPORAN PADA SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLiMS)
DI PERPUSTAKAAN PRESIDENT UNIVERSITY, 14(1), 13.
Senayan Library Management System_Rasyid Ridho.
(n.d.).
Supriyanto, W. (2008). Teknologi Informasi
Perpustakaan. Kanisius.
Widayanti, Y. (n.d.). PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN
DIGITAL, 13.
Widodo, O. C. (n.d.). EFEKTIFITAS PENGGUNAAN
SOFTWARE OPEN SOURCE (SLIMS) PADA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DI MALANG, 17.